Deg-degan

Kesibukan menjadi pelajar tingkat akhir membuat beberapa aktifitas gue tersendat. Iya, gitu.

Waktu kelas 6 sd, gue suka beli papan ujian warna-warni. Masih inget banget di otak gue beli yang warna merah, nah pas ujian nasional papannya nggak cocok sama lembar ujiannya. Lembar ujiannya lebih panjang daripada papannya. Mau beli lagi, males. Masa beli lagi, kan boros. Dipakenya Cuma 3 hari, ngapain beli lagi? Pas hari gue ujian nasional pengawasnya bilang, “kertas nggak boleh lecek atau robek, nanti mempengaruhi proses scan.” Gue langsung panik. Ini gimana kertas ujian punya gue lecek woy. Tapi yaudah gue sok woles, selanjutnya gue ngerjainnya hati-hati banget. Dan, tiba saatnya pengumuman kelulusan. Guru membagikan amplop, karena gue masih sd masih polos dan nggak berdosa, gue bukanya kayak di sinetron-sinetron, gitu. Dan, gue lulus!

Waktu smp, gue belajar dari pengalaman sd buat nggak beli papan ujian yang warna-warni karena ukuranya terlalu pendek. Nah, kalo lecek atau robek udah nggak masalah lagi. pas gue ngebuletin nama, nomor dan lainnya, nggak sengaja kertasnya timbul gitu belakangnya, nggak robek sih tapi nimbul. Ini apalagi mamah. Otomatis pikiran gue langsung buyar seusai ujian nasional. Ah, yaudah semoga nggak apa-apa. Guru membagikan amplop yang berisi kertas hasil gue ujian, tapi bukanya nggak kayak waktu sd lagi. gue langsung buka dan jejeritan karena gue lulus!

Sekarang, Gue udah harus fokus dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian kompetensi kejuruan, ujian praktek, ujian sekolah dan ujian-ujian lainnya lagi. Gue pribadi sih sebenernya nggak setujuh ujian nasional diadakan bukan karena apa, deg-degan bego. Tapi, gue mah apa atuh cuma pelajar tingkat akhir. Jadi, ikutin aja.